Langsung ke konten utama

Sejarah Hari Perempuan Internasional

 

Hari Perempuan Internasional (International Women's Day) diperingati setiap tanggal 8 Maret sebagai perayaan atas pencapaian perempuan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Hari ini juga menjadi momentum untuk menyoroti berbagai isu yang masih dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia, seperti kesenjangan gender, kekerasan terhadap perempuan, dan hak reproduksi.

Sejarah Hari Perempuan Internasional bermula pada tahun 1909, ketika Serikat Perempuan Amerika Serikat (National Women's Trade Union League) mengusulkan agar setiap tanggal 28 Februari dijadikan sebagai Hari Perempuan Nasional. Pada tahun 1910, Konferensi Internasional Perempuan yang diadakan di Kopenhagen, Denmark, mengusulkan agar setiap tahun diadakan hari khusus untuk memperingati hak-hak perempuan dan mendukung hak suara bagi perempuan.

Pada tahun 1911, Hari Perempuan Internasional diperingati untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss dengan dihadiri oleh sekitar satu juta orang. Selanjutnya, pada tahun 1913 dan 1914, hari ini juga dirayakan di beberapa negara lain seperti Rusia, Belanda, dan Inggris.

Di Indonesia, Hari Perempuan Internasional mulai dirayakan sejak era pergerakan nasional pada awal abad ke-20. Pada tahun 1928, organisasi perempuan di Indonesia memperingati hari ini dengan menuntut hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Setelah Indonesia merdeka, Hari Perempuan Internasional dijadikan sebagai salah satu hari nasional dan terus dirayakan setiap tahunnya.

Peringatan Hari Perempuan Internasional biasanya diisi dengan berbagai acara seperti konferensi, seminar, diskusi, pertunjukan seni, dan aksi unjuk rasa. Hari ini juga menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas antarperempuan dalam memperjuangkan hak-haknya.

Namun, meskipun sudah banyak kemajuan yang dicapai oleh perempuan dalam berbagai bidang, masih banyak isu yang harus diatasi seperti kesenjangan gaji, kekerasan dalam rumah tangga, diskriminasi, dan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Oleh karena itu, Hari Perempuan Internasional juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.

Dalam kesimpulannya, Hari Perempuan Internasional merupakan perayaan penting untuk menghargai dan memperingati kontribusi dan pencapaian perempuan dalam berbagai bidang serta memperjuangkan hak-hak perempuan. Mari terus bersama-sama memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan memberikan kontribusi pada masyarakat dan dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol Beliau lahir di suatu daerah yang barnama Bonjol pada tahun 1772, Tuanku Imam Bonjol beliau adalah salah seorang ulama sekaligus seorang pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri yaitu pada tahun 1803-1838. Perang ini merupakan peperangan yang disebabkan pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan. Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang ulama yang memiliki cita-cita besar untuk membersihkan praktek Islam dan mencerdaskan rakyat nusantara dalam wawasan syariat Islam. Beliau mempelajari ilmu agama di Aceh pada tahun 1800-1802, dan mendapat gelar Malin basa. Beliau memiliki ayah bernama Bayanuddin dan ibu bernama Hamatun. Ayah Tuanku Imam Bonjol terkenal sebagai seorang alim ulama asal Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Asal Mula Nama Tuanku Imam Bonjol Nama asli Beliau adalah Muhammad Shahab, banyak gelar diberikan kepada Muhammad Shahab y...

Biografi Khoirul Anwar penemu 4g

Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah sorang ilmuan Indonesia kelahiran tahun  1978 Dia adalah orang yang menemukan dan sekaligus pemilik teknologi 4G yang berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) . Khoirul Anwar adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan cumlaude di tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 kemudian gelar doktor di tahun 2008.    baca juga :  Biografi Ridwan Kamil Latar Belakang Dr. Khoirul Anwar telah menemukan teknik transmisi wireless dengan dua buah fast Fourirer transform (FFT), yaitu FFT kecil dan FFT besar (dua pada transmitter dan dua pada receiver). Teknik ini mendapatkan penghargaan pada Januari 2006 dari IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) tahun 2006, di California dan telah menjadi standard international telecommunication union (ITU), ITU -R S.1878 and ITU -R S.2173. Teknologi inilah yang menjadi basis dari sing...

Biografi Pangeran Diponegoro

Biografi Pangeran Diponegoro   Asal usul Diponegoro Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III,yaitu raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Diponegoro Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar, ibunya merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir), ibunya berasal dari Pacitan. Semasa kecil Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro   Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Pangeran Diponegoro   menolak keinginan ayahnya yaitu Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja di kesultanannya. Pangeran Diponegoro menolaknya dikarenakan mengingat ibunya bukanlah seorang permaisuri. Pangeran Diponegoro setidaknya menikah dengan 9 wanita dalam hidupnya, yaitu: B.R.A. Retna Madubrangta puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan; R.A. Supadmi yang kemudian diberi nama R.A. Retnakus...